Ini Dia 11 Bangunan Saksi Kekejian Belanda di Tambang Emas Hitam
LAMPUNGUPDATE.COM - Sawahlunto. Namanya tak sebeken kota-kota besar di Indonesia. Letaknya cukup jauh dari ibu kota Sumatera Barat; sembilan puluh tiga kilometer sebelah timur Kota Padang. Posisinya di daerah dataran tinggi bagian Pegunungan Bukit Barisan.
Sawahlunto sempat menjadi kota mati setelah aktivitas penambangan batu bara di sana dihentikan. Barangkali karena itulah Sawahlunto kurang diingat orang, sekurang-kurangnya tak sementereng citra Padang atau Bukittinggi, dua kota besar di Sumatera Barat.
Padahal dahulu Sawahlunto adalah kota sibuk dan hidup, terutama setelah pemerintah kolonial Belanda mulai mengeksploitasi habis-habisan tambang batu bara di sana. Segala infrastruktur pendukung penambangan si emas hitam itu dibangun--jalur kereta api, jalan raya, jembatan, permukiman, gedung perkantoran, gedung pertunjukan, rumah sakit, tempat ibadah, dan lain-lain.
Sawahlunto kini menggeliat dan bertransformasi menjadi daerah destinasi wisata kota tua; kota yang meninggalkan jejak-jejak sejarah pemerintahan kolonial Hindia Belanda pada lebih seratus tahun lampau. Hampir semua bangunan dan infrastruktur tambang yang dibangun kompeni, yang sempat dibiarkan terbengkalai sekian lama, dihidupkan lagi.
Sebagian besar bangunan memang pernah direnovasi tetapi sama sekali tidak mengubah struktur atau bentuk asli. Kalau pun ada bangunan baru, itu hanya semacam ornamen penegas nilai historis kota yang didirikan berdasarkan hasil penelitian insinyur Willem Hendrik de Greve tersebut.
VIVA.co.id berkesempatan menelusuri bangunan-bangunan maupun objek-objek bersejarah di kota yang didirikan pada 1888 itu. Menelusuri jejak-jejak aktivitas penambangan seolah merasai juga kehidupan pribumi yang dipaksa bekerja tanpa upah, di antaranya keberadaan Orang Rantai; pekerja yang diikat dengan rantai pada kedua kakinya yang saling mengikat satu dengan lainnya. Berikut ini ulasan ringkasnya.
1. Bangunan Info Box
Info Box adalah sebuah bangunan bekas tempat stock field (penumpukan batubara) yang digali dari Lobang Tambang Batu Bara Mbah Soero pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Selain menjadi tempat penumpukan batu bara hasil galian Orang Rantai, bangunan Info Box pada 1947 digunakan sebagai Gedung Pertemuan Buruh (GPB), juga sebagai tempat hiburan sekaligus tempat bermain judi bagi para buruh pekerja tambang yang tinggal di sekitar kawasan Tanah Lapang dan Air Dingin.
2. Kantor Pegadaian Sawahlunto
Bangunan kantor Pegadaian Sawahlunto ini terletak di kawasan Jalan Ahmad Yani. Dahulu pada 1817, gedung yang dibangun oleh Sian Seng Wong A Lan pada masa pemerintahan Hindia Belanda itu bernama Roemah Komidi, yang difungsikan sebagai tempat hiburan komedi stambul, yakni seni pertunjukan yang menggabungkan drama lama dan baru dari kebudayaan Cina, India, Melayu, dan Eropa yang bertujuan menghibur para pekerja tambang batu bara Ombilin.
3. Rumah dr Ichsan
Rumah dr Ichsan awalnya adalah gedung yang dibangun pemerintah Hindia Belanda untuk tempat tinggal para pejabat kolonial pada masa itu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan itu ditinggali dr Ichsan, seorang dokter yang bertugas di Sawahlunto. Kini rumah itu masih diperuntukkan bagi dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto.
4. Silo dan Sizing Plant
Bangunan Silo dan Sizing Plant adalah tempat pengolahan dan penampungan batu bara. Terdapat tiga silo besar setinggi 40 meter. Selain tiga unit silo berukuran raksasa, di lokasi yang menjadi saksi bisu kejayaan tambang batu bara di Kota Sawahlunto itu juga terdapat beberapa bangunan seperti Gedung Transport dan Bengkel Utama. Silo dan Sizing Plant dibangun dengan struktur teknologi modern, yakni menggunakan prinsip struktur-membran. Silo dan Sizing Plant kini tak lagi digunakan sesuai fungsinya, dan dijadikan salah satu destinasi wisata sejarah tambang Kota Sawahlunto.
5. Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto
Gedung ini dibangun pada tahun 1910 dengan nama Gluck Ant, yang diperuntukkan sebagai gedung pertemuan (societeit) atau tempat pejabat kolonial Belanda berkumpul, minum, berdansa, dan bernyanyi. Bangunan itu mencirikan arsitektur khas Eropa, khususnya pada bagian dan penampilan di atas bangunan utama yang menyatu dengan atap bangunan. Bangunan utama dipakai sebagai perkantoran, sementara bagian depan berupa teras yang mengelilingi setengah bangunan dipakai sebagai ruang tunggu.
6. Situs Makam Belanda
Situs Makam Belanda yang berada di kawasan Lubang Panjang adalah salah satu bukti nyata kejayaan Belanda di masa lampau. Bahkan Makam Belanda di kawasan itu diyakini satu-satunya kompleks permakaman Belanda di Sumatera Barat. Tercatat 90 unit makam dan dilengkapi nisan yang terbuat dari beton bertulang, lengkap dengan tulisan nama-namanya.
7. Gereja Katolik Santa Barbara Sawahlunto
Gedung Gereja Katolik Santa Barbara Sawahlunto kali pertama dibangun pada 1920. Gereja itu didirikan oleh beberapa orang Belanda yang bekerja di tambang, dan diperuntukkan bagi anak-anak Belanda serta anak-anak pekerja tambang. Gereja itu menjadi tempat persembahyangan orang-orang kolonial maupun penduduk pendatang yang beragama Katolik. Kini, gereja itu masih digunakan sebagai tempat ibadah umat Nasrani di Sawahlunto dan dikelola oleh Yayasan Prayoga Padang.
8. Masjid Agung Nurul Islam
Bangunan ini dahulu adalah sentral listrik (PLTU) yang dibangun pada 1894. Namun pada 1924, bangunan itu tidak lagi menjadi pembangkit listrik karena PLTU dipindahkan ke daerah Salak. Di bawah bangunan ini terdapat banker yang dipergunakan para pejuang kemerdekaan sebagai gudang senjata seperti granat dan senjata lainnya. Sekira tahun 1930, bangunan itu kemudian dialihfungsikan sebagai masjid yang diberi nama Masjid Agung Nurul Islam.
9. Museum Lubang Tambang Mbah Soero
Lubang Tambang Mbah Soero mulai digali pada 1898, pekerjanya adalah Orang Rantai yang dipaksa menambang oleh pemerintah Hindia Belanda. Kala itu, Orang Rantai diawasi seorang bernama Mbah Soero. Lubang tambang Mbah Soero adalah lubang tambang batu bara pertama di Patahan Soegar, dan ditutup sebelum tahun 1930 karena tingginya rembesan air. Lubang itu kemudian dibuka lagi pada tahun 2007 dan dijadikan objek wisata sejarah tambang dengan nama Lobang Tambang Mbah Soero.
10. Kantor PT Bukit Asam Unit Pertambangan Ombilin
Gedung itu dibangun kali pertama pada 1916 dengan nama Ombilin Meinen yang berfungsi sebagai Kantor Pertambangan. Hingga kini, bangunan masih berfungsi sebagai Kantor Pertambangan PT Bukit Asam Unit Pertambangan Ombilin. Di bangunan itu juga terdapat tower yang bagian tengahnya terdapat jam.
11. Museum Gudang Ransum
Museum Gudang Ransum dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1918, setelah Willem Hendrik De Greve menemukan batu bara di Sawahlunto. Museum Gudang Ransum dahulu adalah dapur umum pertama di Indonesia yang sanggup memasak nasi dalam skala besar. Gudang Ransum mampu memasak empat ton beras per hari berikut logistik lain guna memenuhi ransum atau makanan bagi 10 ribu pekerja tambang, tentara Belanda, dan pasien rumah sakit di kota itu hingga Agresi Militer II. (*)
Alamat link terkait :Ini Dia 11 Bangunan Saksi Kekejian Belanda di Tambang Emas Hitam
0 Response to "Ini Dia 11 Bangunan Saksi Kekejian Belanda di Tambang Emas Hitam"
Posting Komentar